Sejarah Lahirnya Agama Budha
A. SEJARAH LAHIRNYA AGAMA BUDDHAAgama Buddha lahir dan berkembang pada abad ke-6 BC. Agama itu diperoleh namanya dari panggilan yang diberikan kepada pembangunnya yang mula-mula Siddharta Gautama (563-483 BC),yang dipanggilkan dengan : Buddha
Panggilan itu berasal dari akar kata Bodhi (hikmat),yang didalam deklensi (tashrif) selanjutnya menjadi buddhi (nurani),dan selanjutnya menjadi Buddha.Sebab itulah sebutan Buddha pada masa selanjutnya memperoleh berbagai pengertian sebagai berikut: Yang sadar, Yang Cemerlang, Dan yang beroleh terang.
Panggilan itu diperoleh Siddharta Gautama sesudah menjalani sikap hidup penuh kesucian,bertapa,berkalwat mengembara untuk menemukan kebenaran, dekat tujuh tahun lamanya,dan di bawah sebuah pohon, iapun beroleh hikmat dan terang hingga pohon itu sampai saat ini dipanggilkan pohon Hikmat (Tree of Bodhi)
Kitab Suci agama Buddha adalah Tri Pitaka. Tri itu bermakna tiga, dan pitaka itu bermakna bakul, tapi dimaksudkan adalah bakul hikmat.hingga Tripitaka itu bermakna Tiga Himpunan Hikmat, yaitu;
- Sutta Pitaka, berisikan himpunan ajaran dan kotbah Buddha Gautama.Bagian terbesar berisi percakapan antara Buddha dengan muridnya.Didalamnya juga termasuk kitab-kitab tenyang pertekunan (meditasi),dan peribadatan,himpunan kata-kata hikmat,himpunan sajak-sajak agamawi,kisah berbagai orang suci. Keseluruhan himpunan ini ditunjukkan bagi kalangan awam dalam agama Buddha.
- Vinaya Pitaka, berisikan Pattimokkha,yakni peraturan tata hidup setiap anggota biara-biara (sangha). Didalam himpunan itu termasuk Maha Vagga, berisikan sejarah pembangunan kebiaraan (ordo) dalam agama Buddha beserta hal-hal yang berkaitan dengan biara. Himpunan Vinaya-pitaka itu ditunjukkan bagi masyarakat Rahib yang dipanggilkan dengan Bikkhu dan Bikkhuni.
- Abidharma-pitaka, yang ditunjukkan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha, bermakna : dhamma lanjutan atau dhamma khusus. Berisikan berbagai himpunan yang mempunyai nilai-nilai tinggi bagi latihan ingatan,berisikan pembahasan mendalam tentang proses pemikiran dan proses kesadaran. Paling terkenal dalam himpunan itu ialah milinda-panha (dialog dengan raja Milinda) dan pula Visuddhi maga (jalan menuju kesucian)
- Kondisi sosial,politik dan sosial India
2. Ketidak puasan terhadap doktrin brahmana
Ketika agama hindu berkembang dengan pesat, ketamakan kaum brahmana makin menjadi. Karena hanya mereka yang mampu membaca serta menyelenggarakan berbagai upacara keagamaan mereka mulai mulai mengkomersilkan profesinya secara berlebihan. Upah yang diminta tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga masyarakat mulai jenuh dengan tingkah laku mereka. Jalan upacara korban pun sangat rumit, sehingga reformasi sebagai satu-satunya jalan menuju sorga. Sebagai reaksi langsung bermunculan berbagai aliran yang menentang agama Hindu di masyarakat.
Ada tiga aliran yang paling menonjol pada saat itu. Pertama aliran yang dianjurkan oleh jabali berpendapat bahwa tidak ada surga,tidak ada kehidupan akhir,tidak ada agama dan penyiksaan diri.Karena itu bersenang-senanglah di dalam hidup. Hidup Cuma sekali, tidak ada samsara, tidak mengenal dosa, aliran ini mengejek upacara keagamaan yang dianggap membodohkan masyarakat dan merupakan sumber kebodohan kaum brahmana. Aliran ini terutama diikuti oleh orang yang digolongkan dalam golongan paria dalam agama Hindu.
Kedua,aliran yang dipinpin oleh mahavira dan akhirnya disebut jaina. Yang ini lain lagi sangat bertolak belakang dengan yang pertama. Aliran jaina mencari kebahagiaan abadi dengan berbagai peraturan hidup yang keras. tidak boleh membunuh binatang terkecilpun mereka hindari.ngan berbagai tarikat untuk mencapai keselamatan hidup yang akan datang adalah perbuatan terpuji. Apalagi sampai membinasakan diri. Membunuh diri sendiri merupakan jaminan untuk hidup bahagia di alam baka.
Aliran ketiga muncul sebagi aliran yang merupakan jembatan emas dalam masyarakat. Dinamakan demikian karena aliran ini dibawa oleh seseorang Gautama yang mendapat ilham untuk menyebarkan agama bersama budha yang menjebatani kedua aliran terdahulu. Agama Budha mengambil jalan tengah dalam menempuh hidup ini. Tidak hanya dengan bersenang-senang saja atau dengan mematuhi peraturan yang terlalu keras menyiksa diri.
Sidartha Gautama adalah putra dari raja Suddhodhana dari kerajaan Kavilawastu, Ibunya Dewi Maya dari kota dewadata kota kecil di Kavilawastu yang wilayahnya meliputi wilayah Nepal, Bhutan dan Shikkim sekarang. Ia merupakan lapisan ksatria .
C. SOLUSI AGAMA BUDDHA DALAM MENCAPAI KEBAHAGIAAN
Budha Gautama menerima dan melanjutkan ajaran agama Brahma/Hindu tentang karma. Yakni hukum sebab akibat dari tindak laku di dalam kehidupan, dan ajaran tentang samsara, yakni lahir berulang kali ke dunia sebagai lanjutan karma dan ajaran tentang moksa yakni pemurnian hidup itu guna terbebas dari Karma dan Samsara.
Sekalipun Budha Gautama menerima ajaran tentang karma dan samsara itu akan tetapi aia menyelidiki dan meneliti pangkal sebab dari keseluruhannya itu, dan merumuskan di dalam Empat Kebenaran Utama.
Sekalipun Budha Gautama menerima ajaran tentang Moksa itu, akan tetapi ia tidak dapat menerima dan membenarkan upacara-upacara kebaktian penuh korban mencapai moksa itu, dan lalu menunjukkan jalan yang hakiki bagi mencapai Moksha yang dirumuskan dengan Delapan Jalan Kebaktian.
Kotbah Pertama Budha Gautama di Isipathana, dalam Taman Menjangan, dekat Benares, berisikan uraian panjang lebar mengenai “Empat Kebenaran Utama” yang pada dasarnya merupakan pendekatan Budha dalam memecahkan masalah kehidupan ini dan Delapan Jalan Kebaktian itu.
Ajaran-AjaranAgamaBudha
Ada beberapa ajaran pada agama budha, yakni :
1. Empat kebenaran utama (khutbah pertama sang budha )
- • “Dukha” Lahirnya manusia, menjadi tua dan meninggal dunia.
• “Samudaya” Penderitaan itu di sebabkan oleh hati yang tidak ikhlas dan hawa nafsu.
• “Nirodha” Penderitaan dapat di hilangkan, dengan hati ikhlas dan hawa nafsu ditahan
• “Magga” (jalan), Budha mengemukakan empat tingkatan jalan yang harus dilalui yaitu :
- Sila ( kebajikan)
- Samadhi (perenungan)
- Panna (pengetahuan atau hikmat)
- Wimukti (kelepasan)
a. Berpandangan yang benar
b. berniat yang benar
c. Berbicara yang benar
d. Berbuat yang benar
e. Berpenghidupan yang benar
f. Berusaha yang benar
g. Berperhatian yang benar
h. Memusatkan pemikiran yang benar
2. Ada tiga pengakuan dalam agama budha yaitu ;
• Buddhan saranan gacchami (saya berlindung didalam budha)
• Dhamman saranam gacchami (saya berlindung didalam dhamman)
• Sangham saranam gacchami (saya berlindung didalam sangha ).
3. Dassasila (sepuluh peraturan ) bagi penganut agama budha.
Setiap penganut agama budha dari golongan bikshu, maupun pengikut biasa. Jika mereka perempuan harus berusaha mencapai keselamatan dan melepaskan diri dari lingkungan hawa nafsu, dan memiliki akhlak serta sifat-sifat keutamaan dengan menjalankan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sang budha, dassasila (sepuluh peraturan), yaitu;
• jangan mengganggu dan menyakiti makhluk
• jangan menggambil apa yang tidak di berikan
• jangan berzina
• jangan berkata bohong
• janagn meminum barang yang bias memabukkan.
Dan untuk golongan biksu ditambah lima lagi
• jangan makan bukan pada waktunya
• jangan menonton dan menghadiri pertunjukan
• jangan memakai perhiasan emas dan wangi-wangian.
• Jangan tidur di tempat yang enak
• Jangan mau menerima hadiah uang.
- Rukun syarat beragama budha
Adapun rukun beragama budha dan ketentuan-ketentuan dalam beragama budha adalah sebagai berikut :
• tiap-tiap orang hendaklah berusaha mengetahui budha itu sedalam dalam nya.
• Manusia harus mempunyai sukma yang halus
• Manusia jangan sampai melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain
• Manusia harus mencari penghidupan yang tidak mendatangkan kebinasaan bagi orang lain.
• Tiap tiap orang harus mempunyai niat yang suci dan bersih
• Tiap tiap orang hendaknya memikirkan semua mahkluk
• Manusaia hendaklah mempunyai roh yang kuat untuk menciptakan kebaikan dan menghilangkan kejahatan.
Ini berawal dari situasi India menjelang lahirnya Budhisme dalam keadaan kacau, hal ini disebabkan karena serangan bangsa-bangsa dari luar India secara bertubi-tubi. Keadaan ini menimbulkan beban psikhologis bagi masyarakat India berupa timbulnya kebingungan, kekecewaan, dan keraguan terhadap apa yang selama ini dijadikan pedoman hidup beragama dan bernegara. Dari sinilah timbul krisis kepercayaan. Ini terbukti bahwa bangsa Arya yang selama ini merasa paling unggul dan jauh lebih maju dari penduduk asli India ternyata mengalami kekalahan ketika melawan bangsa luar. Dan saat itulah pedoman hidup yang selama ini mereka pakai yang bersumber dari veda maupun brahmana mulai dipertanyakan sebagai sumber kepercayaan maupun sebagai pedoman hidup yang mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan hidup di dunia.
Dengan demikian orang mulai mempertanyakan kebenaran ajaran Brahmana yang sangat menekankan upacara persajian yang rumit, jelimet, dan formalitas sebagai satu-satunya jalan untuk memperoleh kesejahteraan atau kebebasan tersebut.
Dalam situasi yang demikian inilah agama Budha menyampaikan kritikan-kritikan yang tajam. Beberapa penyimpangan yang dikritik oleh Budha adalah antara lain:
- Otoritas kaum Brahmana dan ketergantungan seseorang kepadanya
- Upacara persajian yang rumit , jelimet, formalitas, dan kuno
- Doa yang membuat para dewa tidak berdaya dihadapan pendeta (Imam)
- Budha mengkritik ajaran Brahmana bahwa proses pembebasan itu sangat panjang yaitu harus melewati jenjang Brahmana. Alasannya yaitu menurut Budha, bagaimana mungkin perbuatan yang sama baiknya, namun karena berbeda stastusnya, bisa mendatangkan pahala yang berbeda.
- Budha sangat menentang dominasi Brahmana serta mengkritik doktrin Brahmana atau menentang legitimasi Weda. Doktrin Brahmana yaitu, pertama, menyatakan Weda sebagai satu-satunya sumber kebajikan, kebenaran spiritual dan ritual. Kedua, menyatakan Brahmana sebagai warga yang paling terhormat dalam rangkaian konsepsi Wanasrama yang dianut oleh ajaran Bramanisme.
0 komentar:
Posting Komentar